GERAKAN PENGURANGAN PLASTIK SEKALI PAKAI ALA SMPN 38 - ADIWIYATA 38

Hot

Selasa, 14 Januari 2020

GERAKAN PENGURANGAN PLASTIK SEKALI PAKAI ALA SMPN 38



Tunas Hijau Mempunyai tujuan untuk mengurangi penggunaan kemasan plastik sekali pakai seperti kantong kresek,plastik es dan sedotan, SMPN 38 mengingatkan kembali kepada warga sekolahnya tentang kebijakan membawa tempat makan dan botol minum sendiri dari rumah. Melalui kunjungan mobil edukasi lingkungan hidup keliling Eco Mobile PJB di sekolahnya, Selasa (27/02) Mahmud, guru pembina lingkungan mensosialisasikan kembali kebijakan tersebut di depan perwakilan setiap kelas. Menurut pembina lingkungan yang sudah berpengalaman di bidang lingkungan ini, kebijakan untuk membawa tempat makan dan botol minum sendiri bagi siswa sudah berjalan menyeluruh kepada warga sekolah. Ya kan selalu ada dari 100 % warga sekolah, 25 % nya anak-anak yang memilih untuk tidak membawa tempat makan dan botol minum sendiri. Memang kami masih belum memberikan sanksi kepada mereka, palingan ya larangan untuk membeli makanan di luar sekolah,ujar Mahmud.
Dalam penerapan kebijakan ini, tidak hanya melibatkan warga sekolah untuk membawa tempat makan dan botol minum sendiri, melainkan keterlibatan kantin sebagai sumber utama penghasil sampah di sekolah. Proses sosialisasi kepada pihak kantin sendiri membutuhkan waktu yang lama, hal tersebut disampaikan oleh Nessya Septi, siswa kelas 8 yang menceritakan proses sosialisasi sudah berlangsung mulai tahun lalu.
Sekarang kantin sekolah kami sudah menggunakan piring dan gelas sebagai wadahnya, jadi kalau ada anak-anak yang tidak bawa tempat makan dan botol minum ya mereka bisa menggunakan piring dan gelas dari kantin, ujar Nessya, salah seorang kader lingkunan yang tergabung dalam kelompok kerja keanekaragaman hayati. Sekolah yang terletak di Jalan Kutilang nomor 9 - 11 inipun melarang warga sekolah untuk membeli makanan dan minuman berbungkus plastik dari luar sekolah.
Setiap jam istirahat, kalau ada siswa yang akan jajan di luar sekolah pasti langsung dilarang dan dihimbau oleh petugas keamanan sekolah untuk jajan di kantin sekolah kak, imbu Ananta Puspitasari, siswa kelas 8 menambahkan penjelasan temannya. Sementara itu, program pengomposan yang pada pertemuan pertama lalu menjadi sorotan kendala kader lingkungan karena tidak mengerti cara pengolahannya, kini mulai menampakkan hasilnya. Setiap satu minggu sekali, gerakan Jumat Bersih diarahkan untuk mengumpulkan sampah organik agar dijadikan isian dari tong komposter. Sekolah yang memiliki 5 tong komposter ini membutuhkan banyak sampah organik sebagai bahan bakunya. Disampaikan oleh Ananta, tidak hanya saat Jumat Bersih, tetapi saat DUMENBURSA (Dua Menit Berburu Sampah) sebelum pulang sekolah, mereka membuat jadwal pengambilan sampah organik khusus secara bergantian di kelas-kelas. Anggriyan Permana, aktivis sekaligus operator Eco Mobile PJB menyarankan agar pengomposan mereka cepat mengalami pembusukan perlu ditambahkan air cucian beras. Kalau bisa, setiap minggunya tambahkan air cucian beras agar sampah organik kalian cepat terurai menjadi kompos. Karena pada air cucian beras banyak terdapat bakteri yang bisa mempercepat proses penguraiannya, saran Anggriyan. (ryn)